Mesin Juga Dapat Kehilangan Tenaga Akibat Bahan Bakar Oplosan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Surabaya, kabarkini.net – Keluhan pengendara soal motor yang mendadak brebet setelah mengisi Pertalite kembali menjadi perbincangan publik. Pertamina memang telah memastikan hasil uji laboratorium bahan bakar di SPBU terkait masih sesuai spesifikasi.

Namun, fakta bahwa kejadian serupa terus berulang di berbagai daerah menunjukkan adanya persoalan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Di balik gejala “motor brebet”, ada indikasi masalah yang menyentuh aspek teknis, kualitas bahan bakar, hingga kepercayaan masyarakat terhadap sistem pengawasan energi di negeri ini.

Kerugian Ekonomi dan Teknis bagi Pengguna

Fenomena seperti ini merugikan masyarakat dari dua sisi. Dari sisi ekonomi, pengguna membayar bahan bakar dengan harga normal, tetapi mutu yang diterima tidak sebanding. Dari sisi teknis, bahan bakar yang tidak murni dapat merusak komponen mesin dan menurunkan performa kendaraan. Bahan bakar sudah dioplos, performa mesin pasti langsung terasa turun. Tarikannya berat, pembakaran tidak sempurna, dan mesin jadi cepat panas.

Tanda-tanda mesin yang terpengaruh bahan bakar oplosan biasanya mesin mengalami brebet, susah hidup, atau tenaganya tidak keluar seperti pada normalnya. Kalau motor injeksi, sering terasa seperti tersendat-sendat saat digas karena sistem bahan bakarnya mulai kotor.

Mengapa Mesin Kehilangan Tenaga?

Dari sudut pandang teknik mesin, performa motor sangat bergantung pada kemurnian bahan bakar. Bahan bakar yang tidak sesuai oktan dapat menyebabkan mesin brebet atau knocking karena setiap mesin punya rasio kompresi yang menyesuaikan nilai oktan tertentu. Kalau oktannya lebih rendah, pembakarannya jadi tidak tepat waktunya, bisa terlalu cepat dan menimbulkan knocking, atau terlalu lambat sehingga tenaga tidak keluar maksimal.

Ketika bahan bakar tercampur zat lain seperti air, thinner, atau cairan beroktan rendah, proses pembakaran di ruang bakar menjadi tidak sempurna. Dampaknya, tenaga mesin menurun, motor terasa tersendat, dan kadang muncul asap putih atau hitam. Campuran tersebut juga menurunkan titik nyala bahan bakar, membuat pembakaran tidak stabil, terutama saat mesin baru dinyalakan atau berada di putaran rendah.

Dampak Jangka Pendek dan Panjang pada Mesin

Kerusakan akibat bahan bakar oplosan tidak hanya terjadi sesaat. Dalam jangka pendek, gejalanya terlihat ringan, seperti mesin sulit distarter atau tenaga terasa lemah. Namun, efek jangka panjang jauh lebih merugikan. Endapan kerak dapat menumpuk di kepala silinder, busi cepat aus, dan injektor atau karburator menjadi kotor. Jika kandungan air ikut masuk, korosi pada komponen logam hampir tak terhindarkan. Kombinasi dari kerusakan ini akan menurunkan efisiensi mesin dan memperpendek usia kendaraan secara signifikan.

Pentingnya Kualitas Bahan Bakar dan Kewaspadaan Pengguna

Masyarakat perlu memahami bahwa kualitas bahan bakar berpengaruh langsung pada performa, efisiensi, dan keselamatan berkendara. Mesin-mesin modern dengan sistem injeksi dirancang untuk bekerja pada bahan bakar dengan standar tertentu. Sedikit saja perubahan kualitas dapat mengganggu keseimbangan pembakaran.

Bahan bakar yang baik tidak hanya memastikan tenaga optimal, tetapi juga mengurangi emisi gas buang dan menjaga lingkungan tetap bersih. Secara teknis, bahan bakar yang bagus harus murni, nilai oktannya sesuai spesifikasi mesin, dan bebas dari air atau campuran lain.

Meski muncul berbagai dugaan tentang sumber persoalan, termasuk kemungkinan dari SPBU, pengguna kendaraan sebaiknya tetap waspada. Begitu motor terasa brebet atau kehilangan tenaga setelah pengisian, segera periksa kondisi bahan bakar di tangki dan lakukan pengurasan bila perlu. Perawatan rutin seperti membersihkan filter, injektor, atau karburator juga penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Kasus motor brebet ini seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak. Bagi masyarakat, untuk lebih memahami kendaraan dan peka terhadap tanda-tanda gangguan mesin. Bagi penyedia dan pengawas bahan bakar, untuk memperkuat kontrol kualitas di setiap rantai distribusi. Sebab, kualitas bahan bakar bukan hanya soal performa mesin, tetapi juga soal tanggung jawab dan kepercayaan publik terhadap tata kelola energi nasional. (*Red) Ir. Moh. Nor Ali Aziz, S.T, M.T, Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya

Scroll to Top